Selasa, 14 Februari 2012

Keutamaan Ilmu Daripada Harta

Dikisahkan bahwa salah seorang Syaikh Islam dan ulama yang terkemuka, suatu hari dia duduk dimesjid dalam halaqah ilmu, disekelilingnya terdapat  banyak lelaki dan anak-anak muda, diakhir pengkajian dia meminta seorang anak yang pertanyaannya dikala  pengkajian tadi mengagumkannya untuk tinggal sebentar bersamanya sesudah orang-orang berbubaran.

Maka tingallah anak itu sebentar. Kemudian Syaikh bertanya kepadanya:
“Wahai anakku!! Sungguh aku kagum dengan kefasihanmu dan kelancaranmu berbicara, aku akan bertanya padamu satu pertanyaan, aku harap kau mampu menjawabnya”

Anak itu berkata, “Silahkan Syaikh bertanya apa saja. Apabila mampu menjawab niscaya saya tak akan ragu menjawabnya, namun jika tidak bisa menjawab niscaya saya katakan saya tidak tahu sehingga saya tidak menjadi pendusta”

Syaikh itu berkata “Semoga Allah memberkahimu wahai anakku… Pertanyaanku kepadamu wahai anak muda yang cerdas adalah, “Apakah kamu senang ketika kau mempunyai uang satu juta dinar tetapi kamu menjadi orang bodoh?”

Anak itu berkata “Tidak wahai Syaikh kami”

Syaikh bertanya lagi “Mengapa..? Kamu memiliki harta yang sangat banyak, kamu bisa berbuat apa saja yang kamu inginkan.”

Anak itu berkata, “Saya takut saya akan membelanjakan harta itu sehingga menghabiskannya karena kebodohan saya.. Kecerdasan akal lebih utama wahai Syaikh karena dia akan mendatangkan harta sedangkan kebodohan akan menghabiskan harta.”

Syaikh berkata, “Kamu benar wahai anakku, semoga Allah memberkahimu wahai anakku, berdirilah kamu dan pergilah sekehendakmu, kamu termasuk ulama masa depan Insya Allah.”

 Maraji’ :
“65 Kisah Teladan Pemuda Islam Yang Brilian

Jumat, 17 Juni 2011

TK QURRATA A'YUN WI CABANG SINJAI RAIH JUARA

Sinjai , Bustanul Athfal (RA) Qurratu A'yun Wahdah Islamiyah Sinjai patut bersyukur. Pasalnya pada Jum'at, 10 Juni 2011 Raih Juara Umum dalam Perlombaan Anak Sholeh Raudhatul Athfal/Bustanul Athfal sekabupaten Sinjai yang diadakan oleh Kementrian Agama Kabupaten Sinjai.
Ada beberapa perlombaan yang diikuti dan meraih juara yaitu juara satu lomba surah-surah pendek a.n. Muh. Imam, juara 3 lomba doa-doa harian a.n. Muh. Imam, Juara 2 lomba gerak dan lagu a.n. Nanda Auliyah, juara 2 lomba mengurut angka a.n. Nanda Auliyah, juara 1 putra lomba mengenal tanda gambar a.n. Yasir, juara 3 putri lomba mengenal tanda gambar a.n. Dzakiyah.

Selasa, 17 Mei 2011

Sekjen Wahdah Isi Tabligh Akbar di Sinjai

Sekjen DPP Wahdah Islamiyah, Ir. H. Muh. Qasim Saguni,mengisi Tabligh Akbar di Sinjai. Acara yang digelar di Mesjid Agung Nujumul Ittihad Cakkempong Sinjai pada hari Sabtu, 14 Mei 2011 kemarin mengambil tema "Subhanallah... Alangkah Indahnya Islam".

Acara yang juga merupakan program kerja dari Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Wahdah Islamiyah Sinjai tersebut dihadiri kurang lebih seratus lima puluh peserta yang terdiri dari pengurus DPC, pengurus masjid, pelajar SMA dan masyarakat umum.
 
Dalam ceramahnya, Ust. Qasim Saguni menekankan tentang keindahan-keindahan Islam dilihat dari sisi aqidah, ibadah maupun akhlak. Inti dari materi yang disampaikan adalah "Islam adalah nikmat Allah yang tertinggi, sempurna, tidak ada kecacatan di dalamnya. Yang ada hanyalah keindahannya. Olehnya, janganlah kita mati kecuali dalam keadaan Islam."

Setelah mengisi Tabligh Akbar, ustadz yang juga pengurus MUI Sulsel di Komisi da'wah ini mengisi ta'lim rutin malam ahad di Mesjid Wahdah Sinjai. Esoknya, beliau kembali mengisi tarbiyah gabungan yang dihadiri oleh kader binaan Wahdah Sinjai ikhwan maupun akhawat.

Kamis, 28 April 2011

Lembaga Muslimah DPC Sinjai Sukses Gelar Pelatihan Pengelolaan Kepanitiaan

Bertemakan “ Membentuk Kader yang Terampil dan Amanah ”, Sabtu - Ahad 23-24 April 2011, Unit Pendidikan Latihan Lembaga Muslimah Wahdah Islamiyah Cabang Sinjai menggelar pelatihan Pengelolaan Kepanitiaan yang diikuti oleh 30 orang kader Lembaga Muslimah Wahdah Islamiyah Sinjai.

Kegiatan yang berlangsung di Gedung Dakwah dan Pendidikan Wahdah Islamiyah Sinjai menghadirkan pemateri dari Lembaga Muslimah Pusat Wahadah Islamiyah Makassar, Darmawali, ST , Ketua Bagian III Lembaga Muslimah Wahdah Islamiyah Cabang Sinjai.
Materi-materi yang sajikan pada kegiatan ini adalah Citra Diri Panitia, Manajemen Kepanitiaan, Perencanaan Kegiatan, Teknik Proposal, Job Description, Ide kreatif dalam even .

“Dari pelatihan ini diharapkan para peserta nantinya dapat mewujudkan sebuah kegiatan yang maksimal, profesional dan tentunya berada dalam koridor syariah, sehingga apa yang dicapai akan bernilai ibadah”, ungkap Erna Suartati Abdullah selaku penanggung jawab Kegiatan yang juga koordinator Unit Pendidikan dan Pelatihan Wahdah Islamiyah Sinjai.


(lmwahdahsinjai.blogspot.com)

10 Sahabat yang Dijamin Masuk Syurga

Setiap orang pasti ingin masuk surga. Namun, tidak mudah untuk meraihnya. Tak cukup hanya mengaku sebagai Muslim, butuh ketaatan dan pengorbanan. Lihatlah bagaimana sikap itu ditunjukkan oleh para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Tidak hanya harta, jiwa dan raga pun rela mereka persembahkan untuk kejayaan Islam. Dari sekian banyak sahabat Nabi, ada sepuluh sahabat yang memperoleh jaminan surga (Asratul Kiraam).

1. Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ’anhu

Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ’anhu adalah khalifah pertama, setelah Nabi wafat. Ia sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , kemanapun Nabi pergi, ia selalu menyertainya. Termasuk saat Rasul dalam perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah, suatu perjalanan yang penuh dengan risiko.
Sejak remaja, Abu Bakar telah bersahabat dengan Nabi. Ia juga orang pertama yang memeluk Islam. Tidaklah sulit baginya untuk mempercayai ajaran Islam, karena tahu betul keagungan akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Abu Bakar wafat dalam usia 63 tahun (13 Hijriah). Ia dikebumikan di Madinah bersebelahan dengan makam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Ia diriwayatkan 142 Hadits.

2. ‘Umar bin Khattab Radhiyallahu ’anhu

Umar bin Khaththab Radhiyallahu ’anhu adalah khalifah kedua ’Umar memeluk Islam setelah mendengar surat Thoha yang dibacakan saudara perempuannya. Ia sangat keras dalam membela agama Allah. Ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraisy terhadap diri Nabi dan sahabat.
Saat ’Umar diangkat menjadi khalifah, daerah kekuasaan Islam bertambah. Kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukan dalam kurun waktu satu tahun (636-637 M). Pemimpin yang sederhana dan peduli para rakyatnya ini, wafat setelah dibunuh Abu Lukluk saat hendak memimpin shalat ( 23 H/644 M). Ia dimakamkan berdekatan dengan Abu Bakar dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

3. ‘Utsman bin Affan Radhiyallahu ’anhu

‘ Utsman bin Affan Radhiyallahu ’anhu adalah khalifah Islam ketiga. Pada saat kepemimpinannya, ia berhasil mengumpulkan wahyu, dan menyusunnya dalam bentuk mushaf Al- Qur’an. Utsman masuk Islam lewat ajakan Abu Bakar As-Siddiq. Ia mendapat gelar Dzun Nur ’Ain (Pemilik Dua Cahaya), karena menikahi dua putri Nabi, Ruqayyah dan Ummu Kultsum.
Utsman dikenal sebagai saudagar kaya dan dermawan. Ia selalu menafkahkan hartanya di jalan Allah. Saat berkecamuk perang Tabuk, ’Utsman menyumbang lebih dari 940 unta, kemudian membawa 60 kuda untuk menggenapinya menjadi 1000. Usman Wafat pada tahun 35H atau 655M.

4. ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ’anhu

Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ’anhu dilahirkan di Makkah tahun 598 Masehi. Suami dari putri Nabi, Fatimah, ini merupakan orang yang pertama masuk Islam dari golongan anak-anak. Sebagian meriwayatkan saat itu usianya 10 tahun. Ali wafat pada tahun 40 Hijriyah, setelah ditikam oleh Abdurrahman bin Muljam dengan pedang yang beracun setelah shalat Shubuh. Ia meninggal dalam usia 63 tahun dan menjabat sebagai khalifah selama 4 tahun 9 bulan. Beliau dimakamkan di Kufah, Irak.

5. Thalhah bin Abdullah Radhiyallahu ’anhu

Thalhah bin ’Abdullah Radhiyallahu ’anhu dikenal sebagai salah satu konsultan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Ia berasal dari suku Quraisy.
Saat berkecamuk perang Uhud, Thalhah ikut serta. Di arena tersebut ia menderita luka parah. Dia menjadikan dirinya sebuah perisai bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengalihkan panah yang akan menancap diri Nabi dengan tangannya. Sehingga semua jari-jarinya putus.
Thalhah wafat pada 36 H atau 656 M. Ia Syahid saat mengikuti perang Jamal.

6. Zubair bin Awwam Radhiyallahu ’anhu

Zubair bin Awwan Radhiyallahu ’anhu termasuk golongan yang pertama masuk Islam (as-sabiqun al-awwalun). Usianya saat itu baru 15 tahun. Pembelaannya terhadap Islam begitu nyata, Zubair tidak pernah absen dalam berbagai petempuran bersama kaum muslimin. Ia selalu berada di garda depan saat jihad dikumandangkan. Sekujur tubuhnya terdapat luka dari hasil peperangan.
Ia sangat dicintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Saat terjadi perseturuan di antara kaum muslimin, Zubair tidak sedikit pun memihak yang berseteru. Ia malah berusaha menyatukannya. Zubair ditikam ketika sedang menghadap Allah, ia wafat pada tahun 36H atau 656M.

7. Sa’ad bin Abi Waqqas Radhiyallahu ’anhu

Sa’ad bin Abi Waqqas Radhiyallahu ’anhu memeluk Islam saat berusia 17 tahun. Ia sangat mahir menunggang kuda dan memanah. Jika ia memanah musuh dalam sebuah peperangan pastilah tepat sasaran. Hampir seluruh peperangan ia ikuti.
Saat periode Khalifah Umar bin Khattab, Sa’ad diangkat sebagai gubernur militer di Iraq yang bertugas mengatur pemerintahan dan sebagai panglima tentara.
Sa’ad wafat pada usia 70 tahun (55H atau 675M). Ia dimakamkan ditanah Baqi’

8. Sa’id bin Zaid Radhiyallahu ’anhu

Sa’id Radhiyallahu ’anhu adalah di antara sahabat yang beruntung. Dia masuk Islam bersama-sama istrinya, Fathimah binti Al-Khaththab, adik perempuan ‘Umar bin Khaththab. Sa’id membaktikan segenap daya dan tenaganya untuk berkhidmat kepada Islam. Ketika memeluk Islam usianya belum genap 20 tahun.
Sa’id turut berperang bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam setiap peperangan. Ia juga turut bersama kaum muslimin mencabut singgasana Kisra Persia. Sa’id pernah diperintahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memata-matai aktivitas musuh.
Ia wafat dalam usia 70 tahun (51H atau 671M), dan dimakamkan di Baqi’, Madinah.

9. ‘Abdurrahman bin ‘Auf Radhiyallahu ’anhu

'Abdurrahman bin ’Auf Radhiyallahu ’anhu juga termasuk tujuh orang yang pertama masuk Islam. Ia di antara sahabat Rasul yang memiliki harta berlimpah. Selurah hartanya itu ia peroleh melalui perniagaan. Kesuksesannya tidak membuat ia lupa diri. Ia selalu menafkahkan hartanya di jalan Allah. Bahkan saat ia diberitakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa dirinya dijamin masuk surga, semangat bersedekahnya semakin membara. Tak kurang dari 40.000 dirham perak, 40.000 dirham emas, 500 ekor kuda perang, dan 1.500 ekor unta ia sumbangkan untuk perjuangan menegakkan Islam.
Abdurrahman sempat berhijrah ke Habasyah sebanyak dua kali. Ia wafat pada umur 72 tahun (32H/652M) dan dimakamkan di baqi’.

10. Abu ‘Ubaidah bin Jarrah Radhiyallahu ’anhu


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberikan pernyataan tentang Abu ‘Ubaidah. “Sesungguhnya setiap umat mempunyai orang kepercayaan, dan sesungguhnya kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah,” begitu kata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Abu Ubaidah orang yang amanah dan jujur dalam berperilaku. Abu Ubaidah masuk Islam melalui perantara Abu Bakar As-Shiddiq diawal kerasulan Muhammad. Ia beberapa kali dipercaya Rasul memimpin peperangan. Ia wafat pada tahun 18H atau 639M.


sumber: www.hidayatullah.com

Bukan Sekedar Gejala Alam

Akhir-akhir ini dalan waktu yang berdekatan masyarakat Indonesia diterpa berbagai musibah.  Belum selesai mengurus musibah dua kecelakaan kereta api sekaligus di awal Oktober, tiba-tiba muncul banjir bandang di Wasior, Irian. Kemudian gempa berkekuatan 7,2 skala richter diikuti Tsunami hebat di kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Lalu tiba-tiba kita dikejutkan dengan erupsi gunung Merapi di Jawa Tengah. Belum lagi ibukota Jakarta dilanda banjir massif yang mengakibatkan kemacetan dahsyat di setiap sudut kota, bahkan sampai ke Tangerang dan Bekasi.Demikian pula dengan kasus gempa di kepulauan Mentawai yang diyakini oleh para ilmuwan bakal memicu datangnya megathrust (gempa besar).
Sungguh, hidup di negeri Indonesia dewasa ini kita sangat perlu mencamkan pesan Allah berikut ini:
“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf  : 99) 

Allah mengajarkan kepada kita bahwa perilaku alam sangat berkaitan dengan perilaku kumpulan manusia yang tinggal di lingkungan alam tersebut. Bila masyarakatnya baik di mata Allah, yakni beriman dan bertaqwa, maka Allah akan limpahkan banyak keberkahan kepada masyarakat tersebut dari langit maupun bumi. Tapi sebaliknya, bila mereka mendustakan ayat-ayat Allah, maka Allah akan timpakan hukumanNya kepada mereka melalui beragam bencana yang bisa datang di waktu siang maupun malam hari.

Jangan-jangan Allah menilai bahwa masyarakat kita hanya mengaku secara lisan beriman dan bertakwa, padahal sesungguhnya kita sering mendustakan ayat-ayat Allah dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Kaum muslimin di negeri ini boleh banyak jumlahnya, namun yang benar-benar beriman jangan-jangan sangat sedikit. Kita mengaku beriman kepada Allah, tapi kita seringkali gagal menghadapi berbagai ujian yang Allah sodorkan. Sehingga kita tidak dipandang benar dalam pengakuan keimanan, malah kita dinilai Allah dusta dalam pengakuan keimanan. Padahal setiap ujian yang ada dalam hidup ini adalah untuk mendeteksi kemurnian iman seseorang.

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut  : 2-3)

Apa Penyebab Musibah?
            Mencari sebab terjadinya gempa secara kausalitas (hukum sebab akibat) memang diperlukan, sehingga kita bisa mengantisipasi bila kejadian itu berulang. Namun sekali lagi, musibah besar ini tidak boleh disikapi sebatas peristiwa alam biasa (baca: sunnatullah), tetapi ia adalah akibat dan dosa-dosa kita sebagai bangsa.

Dari pengamatan dan pembacaan di berbagai media massa orang sering melihat bencana sekedar sebagai gejala alamiah biasa. Mereka tetap saja melupakan Sang Pencipta meskipun telah diberi peringatan sangat keras. Sehingga analisis mereka terhadap bencana tetap terbatas pada gejala gejala empiriknya. Dalam kasus gempa tektonik dan gelombang tsunami di Aceh dan sebagian Sumatera Utara, analisis penyebab juga terfokus faktor geografis dan geologisnya. Antisipasi terhadap bencana gempa dan gelombang tsunami juga terkait dengan pendekatan terhadap karakter geografis dan geologis bumi. Misalnya menyiapkan sistem deteksi akurat agar gempa maupun tsunami bisa diketahui lebih dini. Sehingga pemberitahuan kepada masyarakat di daerah-daerah dekat episentrum gempa tektonik dapat dilakukan secepatnya. Semua ini dilakukan untuk mengantisipasi jatuh korban yang terlalu banyak -meski kita ketahui bersama bahwa alat pendeteksi tsunami dan yang dipasang di sepanjang kepulauan Sumatera dan Jawa juga tidak berfungsi sama sekali saat terjadi tsunami di Mentawai padahal alat tersebut terbilang sangat canggih dan pemasangannya menelan biaya sangat besar.

Tidak dibahas di dalamnya sebab-sebab yang menjangkau aspek ruhani alam dan kaitannya dengan tingkah laku manusia.

Agama menyeru agar kita semakin bijak dan mendalam menyikapi hencana. Al-Qur’an menyatakan bahwa bencana gempa bumi, banjir, badai dan lain sebagainya bukanlah hal baru dalam sejarah umat manusia. Al-Qur’an memberikan penekanan bahwa bencana terkait dengan prilaku manusia. Hal itu diabadikan oleh Al-Qur’an sebagai bahan pelajaran bagi manusia setelahnya.
“Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Hud: 49)

Dari kejadian bencana dalam sejarah, al-Qur’an selalu mengaitkannya dengan prilaku manusia. Doa Nabi Nuh menggambarkan,
“Nuh berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir.” (QS. Nuh: 26-27)

Dalam peristiwa banjir dahsyat saat itu, tidak ada satupun orang orang kafir dan pendosa yang selamat, termasuk anak-anak mereka. Bahkan anak dan isteri Nabi Nub sendiri. Hanya orang-orang beriman yang selamat sebagaimana dalam al-Qur’an surah Yunus ayat 73.

Al-Qur’an mengajarkan hanya mereka yang baik dan beriman yang Iayak untuk melanjutkan amanah kehidupan. Maka, bagi mereka yang berada pada waktu yang semasa dengan terjadinya suatu bencana, al-Qur’an menjelaskan,
“Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitarmu dan Kami telah mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami berulang-ulang supaya mereka kembali (bertaubat).” (QS. Al-Ahqaf:27)

Peringatan ini diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala, agar generasi sesudahnya tidak mengulang kembali kesalahan fatal yang sama seperti yang dilakukan oleh orang-orang sebelumnya. Tetapi, melakukan perbaikan-perbaikan akibat kerusakan yang telah ada sebelumnya.
Dalam al-Qur’an alam dan segala kejadian yang ada di dalamnya tidaklah independen. Sang Penciptalah yang memprosesnya dan menyelenggarakannya. Gerak dan perbuatan bumi, langit dan segala yang ada di antara keduanya ada di bawah kendali-Nya. Di antara tujuan pentingnya adalah Allah Azza wa Jalla memperuntukkan bagi manusia sebagai fasilitas hidup dan sarana-sarana untuk mengenal Penciptanya.
Tujuan lainnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya bagi manusia yang dengannya manusia menjadi berpikir dan dengannya pula manusia merasakan alam bukanlah permainan.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran: 190-191)

Tanda-tanda kebesaran itu digelar agar kita menyadari bahwa firman-Nya adalah benar, hukum-hukum-Nya benar dan tidak ada kejadian yang tidak terkait dengan-Nya serta tidak ada kejadian yang tidak ada kaitannya dengan kita manusia.
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (QS. Fushilat: 53)
Adalah sebuah fakta, sengaja atau tidak seringkali kita seolah melupakan bahwa alam adalah sebuah ciptaan besar Allah Ta’ala yang seharusnya mengantarkan kita untuk mengenal-Nya dan mengenal kekuasaan-Nya. Ketidak tahuan kita menjadi sekat tebal di hati kita untuk menyadari tidak ada satu kejadian yang tidak terkait dengan-Nya. Bebalnya jiwa kita kerap kali membutuhkan sentakan hebat agar kita menyadari. Geliat bumi dengan gempanya dan laut dengan gelombang pasangnya adalah sentakkan agar kita membuka mata, telinga dan hati untuk menyadarinya. Meskipun kesadaran itu seringkali terlambat. Banjir Wasior, Tsunami di Mentawai, banjir, erupsi gunung Merapi dan musibah lainnya seharusnya mengingatkan kita akan hal tersebut.
sumber: tanaasuh.com

Rabu, 27 April 2011

Radio Suara Wahdah Sinjai Mengudara di 93,7 fm

Radio Suara Wahdah Sinjai baru beberapa hari mengudara di kota Sinjai. Radio yang mengudara di 93,7 fm ini menghadirkan program-program berupa pemutaran murottal (ayat-ayat Al-Qur'an) dan rekaman ceramah dari para ustadz.

Dan Alhamdulillah, untuk pertama kalinya, radio suara wahdah sinjai menghadirkan ceramah yang diisi secara live oleh Ustadz Drs.H. Umar Sholeh. Beliau yang juga Asisten Ketua Umum Wahdah Islamiyah menyempatkan diri untuk singgah ke Sinjai dalam safarnya dari Jakarta-Kendari-Bone-Makassar. Dalam ceramahnya pada tanggal 26 April 2011, Ustadz sekaligus Pimpinan Al Hijaz Al-Khairiyah Indonesia ini memberikan materi mengenai "Anjuran Memanfaatkan Waktu dengan Amal Sholeh.